*Re-send*
Dari: Jusuf Kalla
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) dalam sambutan acara Simposium Ekonomi di
gedung MPR, Senayan, mengatakan ada 2 kebijakan keliru yang dilakukan
pemerintah sehingga menghabiskan anggaran Rp 6000 Triliun. Kebijakan itu
menjadi salah satu penyebab ketertinggalan Indonesia dari negara-negara
tetangga. Satu kebijakan era Soeharto dan satu lagi era SBY.***
32 tahun Soeharto berkuasa, tidak ada riak yang berarti untuk
menghentikannya dan barulah Soeharto jatuh ketika fundamental ekonomi yang di
simpan rapat bertahun tahun terbuka lebar oleh aksi George Sorros. Nyatanya
berpuluh tahun kita menyimpan data busuk dan kebohongan. Tidak ada sesungguhnya
kekuatan ekonomi. Tidak ada. Soeharto tidak punya rencana hebat kecuali
menggali lubang sedalam dalamnya lewat hutang tanpa recana real untuk merubah
indonesia menjadi lebih baik. Jumlah hutang yang digalinya hanya 30% yang
digunakan untuk membangun. Selebihnya habis dikorup oleh mereka yang
menopangnya menjadi penguasa selama 32 tahun. Akibat kebijakan yang diambilnya
sebelum jatuh adalah menanda tangani LOI dengan IMF sebagai blank Cheque yang
harus diselesaikan oleh rezim setelahnya. Beban masalah yang di
tinggalkan Soeharto kalau di kurs sekarang dan ditambah dengan bungan obligasi
rekap mencapai mencapai Rp 3000 Triliun.
Era Habibie, Gus Dur, Megawati adalah era tersulit bagi kita untuk berdamai
dengan kenyataan. Indonesia dinyakan negara insolvent dan semua financial
resource tertutup. Pemasukan lebih kecil daripada pengeluaran. Kehidupan
politik tidak jelas. Enam tahun proses transisi dari legislasi Era Soeharto ke
era Reformasi seakan waktu terpanjang dalam sejarah. Selama itu tidak ada
pembangunan real. Negara stuck. Namun akhirnya Indonesia bisa keluar dari
proses transisi itu dengan terpilihnya SBY sebagai Presiden secara demokrasi
langsung. Harapan di pagut dan masa depan disongsong dengan ceria.
Tapi apa yang terjadi? selama 10 tahun SBY berkuasa, untuk mempertahankan
kekuasaanya dia membakar uang sebesar Rp 3000 triliun untuk subsidi. Pada
periode 2004 sampai 2014, subsidi energi rata-rata memiliki porsi sebesar 21%
dari APBN dan mengalami porsi terbesar pada tahun 2008 yang mencapai 28%. Di
dalam subsidi energi, alokasi subsidi BBM adalah yang terbesar dengan mencaplok
80% dari seluruh subsidi energi dan menciptakan mega skandal dengan korupsi tak
terbilang. Andaikan uang sebanyak itu dia gunakan untuk membangun jalan tol
maka kita sudah punya jalan tol trans sumatera dan trans jawa, juga kereta
cepat Jakarta Surabaya dan puluhan kawasan industri beskala international,
puluhan bendung dan irigasi untuk ketahanan pangan, bahkan setiap kota besar
sudah punya MRT. SBY hanya bekerja membuat rencana dan membuang uang begitu
saja untuk ongkos politik agar kekuasaanya stabil selama dua periode.
Era Soeharto kita abai karena salah memilih pemimpin dan takdir kita
berhasil mengubah tatanan politik yang diktator menjadi demokrasi tapi setelah
demokrasi kita justru melahirkan gerombolan maling yang menjarah lebih dahysat
dari 32 tahun Soeharto berkuasa. Selama itu tidak ada gerakan agama yang hebat
hendak menggulingkan Soeharto atau SBY. Tidak ada demo berjilid jilid hendak
menjatuhkannya. Mengapa? Karena baik partron agama maupun politik mendapat
berkah uang dan konsesi bisni dari politik lendir tebar uang oleh penguasa.
Di era Jokowi, seorang yang bukan elite politik di tubuh partai, bukan
jenderal yang berkaliber nasional, bukan konglomerat yang kaya dari bisnis
rente, bukan pula tokoh budayawan atau agama yang selebritis. Dia muncul
kepanggung politik karena kehendak Tuhan. Tak ada satupun kekuatan yang
menghentikannya ketika situkang kayu yang krempeng itu masuk ke istana. Ini
takdir Indonesia dan Tuhan berbuat sesukanya. Ketika dia berkuasa, subsidi yang
memanjakan rakyat di hentikan. Anggaran di reformasi secara fundamental dari
berorientasi konsumsi ke produksi. Efisiensi anggaran dilakukan dengan
keras.
Walau diawali dengan fundamental ekonomi yang retak karena Current Account
yang defisit, Jokowi tetap melaju dengan agenda besarnya. Menciptakan
kemandirian, bukannya hanya lewat restruktur APBN dan Hutang tapi juga revolusi
mental dengan menghapus semua bisnis rente yang melahirkan mafia disemua lini.
Negeri para gangster diubahnya menjadi negeri para pekerja keras. Status quo
didobraknya, menghentakan tatanan politik yang terbiasa hidup manja menipu
rakyat. Dan apa hasilnya? Hanya dua tahun berkuasa semua rating international
berkaitan dengan index korupsi, pembangunan, ekonomi membaik. Indonesia
termasuk negara peringkat tiga terbaik ekonominya diantara anggota G20.
Saya membayangkan setiap langkah Jokowi tidak lah mudah dan penuh resiko.
Karena semua elite politik yang kini ada adalah bagian dari kekuasaan Orde baru
yang pernah merampok indonesia meninggalkan beban kerugian sebesar Rp 3000
Triliun, juga bagian dari kekuasaan era SBY yang membakar uang negara sebesar
Rp 3000 Triliun demi melanggengkan kekuasanya. Semua mereka ingin agar si
tukang kayu ini dihentikan, karena Jokowi bukan hanya menghancurkan kekuasaan
sebagai ladang bisnis mendatang harta tapi juga menjadikan rakyat cerdas
berpolitik, dan mempermalukan elite politik dengan banyaknya elite politik
terancam masuk bui karena aksi KPK. Pesta usai.
Dulu Ahok dijadikan pintu gerbang menjatuhkan Jokowi dengan alasan
menistakan agama dan dari keadaan ini Jokowi berhasil keluar dengan selamat.
Kini PERPPU pembubaran Ormas Radikal dijadikan alasan untuk menjatuhkannya
karena dibilang anti demokrasi dan anti Islam. Padahal tidak ada ada dalam
PERPPU itu yang menyebut Islam atau ormas tertentu. Namun oleh para gangster
mafia meng-create semua kegaduhan ini agar pesta kekuasaan kembali marak dan
karena itu emosi agama kembali dibenturkan. Andaikan PERPPU itu ditolak DPR
maka tahulah kita bahwa agenda menjatuhkan Jokowi memang datang dari segala
penjuru mata angin. Apakah Jokowi akan jatuh? Tuhanlah yang berhak menentukan
siapa yang pantas berkuasa dan setiap orang yang berkuasa adalah cobaan bagi
rakyat.
Usia saya lebih dari 50 tahun. Saya generasi yang gagal karena tak bisa
berbuat banyak menghentikan Soeharto dan penikmat subsidi BBM era SBY yang
membakar uang ribuan triliun. Apa yang saya lakukan sekarang adalah berusaha
setiap hari berbuat kebaikan agar negara ini lebih baik. Lewat tulisan, lewat
interaski dengan teman-teman politisi & aktifis, berusaha menyampaikan
pesan moral bahwa bukan sistem yang jadi masalah tapi akhlak kita yang buruk.
Mari perbaiki moral dan sudahilah niat mengubah sistem agar impian makmur jadi
kenyataan. Perbaiki akhlak dan perbaiki etos kerja maka rahmat Tuhan akan
datang by the time. Mari kita bersama-sama menjadi kekuatan moral menghadang
semua niat mereka yang ingin merusak negeri ini dengan alasan agama budaya atau
apalah. Membela Jokowi bukan bertujuan politik tapi demi moral. Jadilah gerakan
moral, mendukung orang baik agar berprestasi baik.
Semoga BERMANFAAT dan MENAMBAH ILMU serta WAWASAN KITA BERSAMA.
Bantu share ke seluruh anak negeri.