Selasa, 31 Oktober 2017

Catatan Pendek Tentang Hati Yang Sedang Rindu. (PART II)


Untukmu yang mungkin sekarang telah bahagia bersama dia,
Hai! Apa kabarmu? Aku berharap kamu selalu baik-baik saja disana. Entah kenapa hati ini merasa sepi saat tidak ada kamu yang menemaniku chatting.

Berawal dari pertemuan malam itu..
Saat itu kamu datang tanpa sengaja, hadir dan memberikanku undangan. Setelah aku menerimanya, aku pun langsung berpaling dari arahmu. Namun saat aku sudah berpaling, kamu memanggilku lagi, seakan-akan ada hal yang belum kamu bicarakan saat itu. Ternyata kamu meminta nomer hpku dengan tujuan untuk bertanya kepastian kehadiranku di undangan yang kamu bawa.

2 hari sebelum hari di acara itu, kamu mulai chat..
Kamu menanyakan apakah aku bisa datang atau tidak. Aku pun memberikan jawaban di 1 hari sebelum acaramu berlangsung, bahwa aku tidak bisa menghadiri acara itu karena ada acara lain yang lebih penting dan harus aku datangi saat itu.. dan kamu pun bilang tidak apa. Padahal, di satu sisi aku mengharapkan bisa hadir dalam acara itu, tapi di sisi yang lain aku tidak bisa meninggalkan acaraku yang mendesak... ya, mungkin lain waktu.

Beberapa hari berlalu..
Aku kira sudah tidak ada yang perlu dibicarakan karena antara aku dan kamu memang sebelumnya tak saling kenal, karena berbeda kampus. Namun entah mengapa kamu tiba-tiba chat lagi dengan suasana yang berbeda. Suasana yang membuatku menanti-nanti apa yang ingin kamu bahas dalam chat itu. Seakan-akan kau memberikanku warna lain setelah tidak ada lagi warna dalam hatiku, yang aku kira tidak ada lagi yang bisa selain dia.. dia yang pernah singgah di hati, walau untuk sementara.

Aku mulai membuka hati ini..
Sampai di suatu hari, aku mulai penasaran tentang organisasi yang kamu ikuti. Menurutku, itu adalah hal yang sangat menarik untuk diperbincangkan, karena suatu saat aku ingin juga mengikutinya. Ketika aku bertanya lebih tentang organisasimu itu, kamu pun bilang ke aku kalau hal itu tak bisa di bahas lewat chat, karena lebih baik dibicarakan saat kita bertemu.

Hari saat aku bertemu denganmu lagi..
Aku mengajak temanku, dan kamu mengajak temanmu. Lalu kami membahas tentang organisasi yang sebelumnya dibahas melalui chat yang kemudian dibahas lewat diskusi sederhana dan di tempat nongkrong sederhana. Setelah berdiskusi lama, menurutku itu memang organisasi yang menarik untuk diikuti. Namun di lain sisi, ada banyak waktu yang harus bisa dikorbankan dalam organisasi itu dan kembali lagi ke cara pintar kita untuk bisa memanajemen waktu dengan semaksimal mungkin. Entah mengapa, namun temanmu yang justru membuatku tertarik. Jantungku berdetak tiada henti saat aku mendengarkan temanmu bicara, dan saat sepatu temanmu menyentuh sepatuku. Aku seakan-akan tak ingin melepaskan sentuhan kaki itu. Sampai temanmu melihat ke meja bagian bawah dan aku pun mulai melepaskan sentuhan itu dengan gayaku yang pura-pura tidak tahu. Hahaha.. bahkan aku masih saja mengingat hal aneh ini. Jujur saja, sejak saat itu aku menyukai seseorang laki-laki bukan berdasarkan ketampanannya, melainkan melalu cara dia berpikir dan cara dia berbicara.

Eeeit.. bukannya aku menyukaimu? kenapa aku malah menyukai temanmu?
Hah.. perasaanku memang sangat aneh. Dari situ aku mulai berpikir, mengapa Tuhan mempertemukan aku, kamu, dan dia.

Aku pun mulai berharap..

Aku kira hubungan ini bisa memberikanku warna yang lebih banyak di hari yang akan ku lewati nanti. Namun seiring berjalannya waktu, aku telah salah berharap. Aku mengetahui bahwa hatimu ternyata bukan untukku, karena hatimu sudah dimiliki oleh orang lain. Kamu bersikap baik karena itu memang tugasmu. Aku baru menyadarinya. Sejak saat dimana aku mulai mengetahui hal itu, mungkin lebih baik untuk menjauh, daripada mendekat namun hanya membuatku sakit. (Natasha)

Catatan Pendek Tentang Hati Yang Sedang Rindu (PART I)


Untukmu yang mungkin tak pernah memikirkanku,

Hai, apa kabarmu? Aku selalu berdoa semoga kabar baik selalu ada padamu. Meskipun kamu jarang memberikan kabar padaku, dan bahkan tak pernah. Dulu kamu sering memberikanku kabar, baik itu tentang cerita bahagiamu atau cerita sedihmu. Entah mengapa, aku merindukan itu. Merindukan saat dimana kita bersama tertawa karena sesuatu hal yang tidak jelas. Namun kadang saat aku bersamamu, aku merasa ada banyak perbedaan yang seharusnya membuat kita tak bersama.

      Aku telah merelakan kepergianmu. Meski sulit, namun perlahan aku mampu. Berusaha melupakanmu ternyata sulit, karena sungguh rasa ini sebenarnya masih ada. Namun kini aku menyadari bahwa kita takkan pernah bisa lagi bersama. Bahkan kata kita tak bisa kupakai lagi, karena sekarang lebih tepatnya hanya ada aku dan kamu yang memiliki dunia kebahagiaan di tempat yang berbeda. (Natasha)

Ada PART II (https://deboralinda-blog.blogspot.co.id/2017/10/catatan-pendek-tentang-hati-yang-sedang_31.html)